Rabu, 28 Desember 2011

Museum Kereta Api Ambarawa


Museum
Museum KA Ambarawa Direnovasi


|
Share:
Kompas/Antony Lee Museum Kereta Api Ambarawa di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
UNGARAN, KOMPAS.com - Menjelang Tahun Baru 2012, obyek wisata Museum Kereta Api Tua Ambarawa, di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tidak menerima kunjungan wisatawan.
Agus Purwoko mengatakan, Museum Kereta Api Ambarawa itu memiliki koleksi sekitar 206 aset. Di dalamnya terdapat 21 lokomotif uap tidak aktif dan dua lokomotif uap yang masih berfungsi.
Salah satunya lokomotif uap kereta api bergerigi, kereta api satu-satunya di Indonesia yang bisa menanjak untuk melayani ruta Ambarawa-Bedono dengan tarif sewa naik kereta api Rp 3,5 juta-Rp 5,2 juta sekali perjalanan.
  Renovasi yang sedang dilakukan di Museum Kereta Api Ambarawa sebenarnya sudah hampir rampung. Saat ini memasuki tahapan finishing. Tiga hal yang fokus direnovasi di museum tersebut adalah penataan fisik kawasan museum, pembenahan fasilitas nonfisik, serta pemberdayaan dan pengembangan sumberdaya pegawai museum.
  Diperkirakan renovasi museum kereta api ini akan rampung pertengahan Januari 2012, dan siap museum dibuka kembali untuk menerima kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara.
  Museum ini terletak di Jalan Stasiun Ambarawa Nomor 1, Ambarawa, Kabupaten Semarang. Dalam sejarahnya, awalnya tempat ini bukanlah museum, melainkan salah satu stasiun kereta api yang terkenal dan mempunyai peran penting bagi pemerintahan kolonial Belanda.
  Pembangunan Stasiun Kereta Api Ambarawa merupakan perintah dari Raja Willem I. Stasiun ini dibangun pada tahun 1873 dan mempunyai luas 127.500 meter persegi. Tujuan dibangun stasiun ini adalah untuk memudahkan pengiriman tentara Belanda ke Semarang.
  Pada saat itu Ambarawa bisa dibilang sebagai kota militer atau gudangnya tentara Belanda. Kemudian baru pada 1976, stasium kereta api ini ditutup secara resmi dan ditetapkan menjadi museum kereta api oleh PT Kereta Api dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Kunjungan jajaran Ditjen Peninggalan Sejarah dan Purbakala sebanyak 22 orang yang dipimpin oleh Ir Yoesoef Boedi Ariyanto (Kepala Sub Direktorat Konservasi) didampingi oleh Ella Ubaidi (Kepala Unit Pelestarian Benda dan Bangunan, PT Kereta Api Indonesia) ke Jawa Tengah pada tanggal 30 Januari 2011 bertujuan untuk melihat langsung daerah Ambarawa, Tuntang dan Bedono yang sangat kaya dengan warisan sejarah jalur kereta api beserta bangunan stasiun dan lingkungannya. Hasil dari kunjungan tersebut akan dijadikan sebagai bahan rumusan ketetapan/aturan untuk melestarikan daerah Ambarawa.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah setelah lama tidak dilintasi lokomotif berbadan besar sejak 20 tahun lalu karena bantalannya yang lapuk namun setelah dilakukan perbaikan rel dan bantalannya maka jalur Ambarawa-Tuntang sekarang sudah bisa dilalui dengan menggunakan kereta api uap yang sebelumnya hanya menggunakan kereta kecil (lori mesin), lokomotif uap B25 03 pada jam 11:00 wib tanggal 30 Januari 2011 dengan rangkaian kereta kayu membawa rombongan Ditjen Peninggalan Sejarah & Purbakala dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) berjalan lagi melintasi jalur Ambarawa-Tuntang (sepanjang 7.5 kilometer) dengan pemandangan alam dari tepian waduk alami Rawa Pening dan daerah persawahan serta sungai yang juga merupakan bagian dari rawa pening, hal tersebut berbeda dengan jalur Ambarawa-Bedono sepanjang 9 kilometer dengan pemandangan alam pegunungan.
Rencananya kereta api uap Ambarawa - Tuntang mulai bulan Maret 2011 harga sewanya dinaikkan dari Rp 3.25 juta menjadi Rp 5.25 juta. Hal tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan sewa kereta api uap Jaladara di Solo.
Data yang diperoleh dari museum dan stasiun Ambarawa, bahwa tahun 2011 target pendapatan naik menjadi Rp 1.99 miliar dari tahun lalu Rp 1.4 miliar. Target pengguna kereta api uap juga naik dari rata-rata 18 menjadi 19 perjalanan per bulan. Museum Kereta Api Ambarawa saat ini terdapat dua lokomotif uap yang masih bisa beroperasi yaitu seri B25 02 dan B25 03.
Kunjungan ke museum Ambarawa berakhir pada pada jam 15:00 wib di stasiun Bedono, rombongan Ditjen Peninggalan Sejarah dan Purbakala sebanyak 22 orang kembali ke Jakarta sedangkan rombongan Unit Pelestarian Benda & Bangunan Bersejarah PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang dipimpin oleh Ella Ubaidi langsung menuju gedung Lawang Sewu di Semarang.

Label:

1 Komentar:

Pada 28 Desember 2011 pukul 19.41 , Blogger Ardhia Pramesti mengatakan...

ambarawa dalam sejarah

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda