Jumat, 27 Januari 2012

Arab saudi gagal pengaruhi Irak

REPUBLIKA.CO.ID, Dinas Rahasia Arab Saudi (GID) akhirnya mengakui bahwa Riyadh telah gagal meraih pengaruh di Irak sekalipun telah menghabiskan biaya 750 juta dolar. Menurut laporan Kantor Berita Fars mengutip Kantor Berita al-Nakhil, seorang diplomat Arab yang bertugas di Arab Saudi menjelaskan, Muqrin bin Abdul Aziz, Direktur Dinas Rahasia Arab Saudi (GID) secara transparan mengakui betapa Arab Saudi saat ini tidak punya tempat lagi untuk mengintervensi Irak.

Oleh karena itu, ia meminta agar membiarkan semua antek-anteknya di Irak yang bekerja untuk Riyadh. Karena para antek-antek ini tidak mampu merealisasikan tuntutan Arab Saudi di Irak, apa lagi Riyadh telah menggelontorkan biaya sebesar 750 juta dolar.

Diplomat Arab ini menambahkan, "Intervensi Arab Saudi bak burung yang berusaha terbang dengan sebuah sayap. Dengan dasar ini Arab Saudi gagal di Irak. Karena orang-orang Irak ternyata bersatu dan mampu memilah dengan baik teman dari musuh. Di sisi lain, keluarga Kerajaan Arab Saudi lebih dari lima bulan ini justru menunjukkan perselisihan di antara mereka dan satu dari masalah penting yang diperselisihkan adalah intervensi Irak," tuturnya.

"Begitu tajamnya perselisihan yang terjadi sehingga satu dari anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi mengatakan bahwa Dinas Rahasia Amerika (CIA) punya bukti-bukti dan dokumen mengenai campur tangan Arab Saudi atas urusan dalam negeri Irak dan untuk langkah-langkahnya ini Riyadh telah mengeluarkan dana besar untuk aksi bom bunuh diri dan aksi teror lainnya," ungkapnya lagi.

Berdasarkan laporan ini, antek-antek Arab Saudi lebih loyal kepada Riyadh ketimbang Afrika Selatan, Maroko dan Yaman. Bahkan sebuah dokumen yang beberapa waktu lalu diungkap oleh Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri Amerika menunjukkan kekhawatiran Arab Saudi atas segi tiga Syiah yang semakin solid di Timur Tengah termasuk Iran, Pakistan dan Irak. Kenyataan ini mengungkapkan keterlibatan Arab Saudi di Irak sejak tahun 2004.

Masih dari laporan ini, GID hari-hari ini semakin mengkhawatirkan persatuan tokoh-tokoh politik Iran dan kedekatan mereka untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional Irak. Sementara itu, seorang pejabat senior keamanan di pemerintah Irak mengatakan bahwa al-Qaeda untuk beberapa waktu mengirimkan paket-paket mencurigakan kepada para pejabat Irak guna meneror mereka.

Pejabat senior keamanan Irak yang tidak ingin namanya disebutkan ini menambahkan, "Tim-tim khusus dalam menangani serangan semacam ini tengah membahas masalah ini dan berusaha mengidentifikasi para pelaku aksi-aksi teror."

"Pasca kesepakatan politik antara para pemimpin Irak dan semakin dekatnya Baghdad membentuk pemerintahan nasional, al-Qaeda sudah tidak memiliki posisi lagi di Irak. Terlebih lagi ketika lembaga peradilan Irak tengah berusaha mencabut akar al-Qaeda dari negara ini dan sebuah tim khusus tengah mencari dan mengejar para anasir kelompok teroris ini," tegasnya.

Pejabat senior keamanan Irak ini juga memperingatkan seluruh pejabat Irak soal penerimaan paket mencurigakan dari anasir-anasir al-Qaeda dan mengatakan, "Sangat mungkin di paket tersebut tertera nama orang dekat atau famili para pejabat itu. Oleh karenanya mereka harus sangat mewaspadai masalah ini."


Redaktur: Djibril Muhammad
Sumber: IRIB/SL/MF

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda